Senin, 29 Desember 2014

HAPPY BIRTHDAY BU.... 23 Desember


Semakin hari aku menatapmu. Semakin banyak kerutan-kerutan diwajahmu yang tenang.
Senyummu yang tersungging selalu tenangkan jiwaku
Peluk dan nasehatmu jadikanku tegar dalam menjalani hidup ini.
Dan banyak lagi hal-hal indah Ibu berikan untukku.
Tapi, dihari ulang tahunmu kini, aku belum dapat memberikanmu sesuatu yang indah.
Sesuatu yang dapat memberikan kebanggaan padamu
Sesuatu yang mampu membuatmu bahagia, meskipun hanya hal kecil
Sampai detik ini sesuatu yang kecil tersebut belum dapat aku wujudkan
Entah... Entah kapan aku dapat melakukannya
Bu maaf selalu luka dan kecewa
Bu terima kasih sampai detik ini kamu tak pernah meninggalkanku, meski ibu tahu keadaanku seperti apa sekarang. Pelukanmu tak pernah lepas dariku.
Bu aku ingin terus bersamamu, meski suatu saat aku akan dibawa oleh Pangeran impianku. Aku berharap Ibu selalu disisiku.

I LOVE U, Bu
Maaf hanya lewat tulisan aku bisa mengungkapkan
Sekali lagi terima kasih atas kasih sayang yang begitu besar padaku selama ini

Salam Peluk Selalu Untuk Ibu

Selasa, 16 Desember 2014

Aku Butuh Kamu, Pak.

Bapak, mengapa pergi secepat itu. Di saat aku sangat membutuhkan sosokmu dalam hidupku. Untuk menjagaku, menemaniku, meluapkan segala yang ada dalam hatiku, bermanja-manja tak peduli kedua kakakku protes karena kamu hanya bersamaku. Aku masih ingin dengar candamu. Aku ingin mendengar kamu menegurku atau sekedar marah padaku. Tapi yang ada selalu kasih sayang. Aku iri juga pada kakak yang tahu bagaimana ekspresimu ketika marah, 

Dahulu selalu kita bersama-sama. Ketika pulang sekolah taman kanak-kanak kamu menjemputku, kita jalan-jalan dengan motormu dan aku tak mau kakak-kakakku ikut. Aku juga masih ingat dulu aku selalu meminta uang jajan padamu. Aku hanya meminta Rp 500 kamu memberikanku Rp 5000 dan uang Rp 500 kamu berikan kepada temanku. Dan aku dengar kamu juga begitu terhadap murid-muridmu. Siapa yang mau membelikan rokok untukmu kembalian yang tak sedikit itu kamu kasih ke mereka yang mau membelikan.

Sekarang, tahukah kamu Pak? Masih, setiap aku menangis ada masalah, aku selalu memanggilmu berharap Tuhan mau membiarkanmu sejenak untuk menemuiku, merengkuhku dan merdakan tangisku. Saat-saat sulit seperti yang aku hadapi kemarin aku memanggilmu, sangat berharap kamu di sisiku, karena ku tak bisa mengungkapkan masalahku kepada Ibu. Kamu tahu saat itu Ibu sedang sakit, aku tak mau menambah sakit yang dideritanya. Aku putus asa, karena selain kamu tak ada yang memahami. Aku ketakutan. Dan sekarang rasa takut, putus asa, kecewa, menyesal masih ada padaku, Pak. Lebih dalam lagi perasaan itu karena sampai saat ini aku belum dapat memberikan kebanggan pada Ibu dan Bapak. Meski aku tak dapat melihatmu, aku tetap merasa bersalah. Ibu pernah bilang, seandainya masih ada Bapak mungkin kehidupan kita bisa lebih baik dari ini. Tapi aku tahu kamu tak akan kembali, kamu telah damai bersamaNYA.

Meskipun hanya sebentar aku mengenalmu, aku sungguh terima kasih atas kasih sayang yang kamu berikan padamu sedalam itu. Ternyata kehadiranmu begitu berharga untukku, Pak. Sungguh sakit Pak, aku melihat seorang Bapak yang bela-belain menghutang kemana-mana hanya untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Setelah anaknya itu, menjadi 'manusia' dia ternyata melupakan Bapaknya. Karena kesalahanpahaman. Anak itu tak mau melihat Bapaknya dan keluarga. Anak itu belum tahu bagaimana kehilangan seorang Bapak sungguh sepi, seharusnya dia bersyukur masih bisa melihat Bapaknya, seolah hatinya sudah tertutup oleh keangkuhan dan menganggap keberhasilannya hanya di dapatkan oleh dirinya sendiri. Padahal kan Pak, ada orang lain yang membantunya, ada seorang Bapak yang bersedia menebalkan muka untuk memenuhi segala kebutuhannya dengan cara meminjam. Bagaimana perasaannya apabila orang yang selama ini membesarkannya, melakukan apapun demi dia, meninggalkannya selama-lamanya dan dia tak dapat melihatnya lagi? Akankah dia merasa kehilangan seperti aku kehilanganmua.

Aku merasa iri ketika dulu mengambil rapor hanya Ibu yang menemani. Teman-temanku selalu di antar orangtua mereka. Sungguh beruntungnya mereka, ada rasa bangga.

Aku percaya meskipun jasadmu sudah tiada, jiwamu masih bersama kami, bersamaku. Mengawasiku sambil tersenyum atau menangis. Aku akan berusaha menjaga Ibu, orang yang masih ada di sisiku. Mulai saat ini aku akan berusaha memberikan kebanggaan pada Ibu dan Bapak, berusaha mengukir senyuman lagi di wajah kalian.

Terima kasih untuk semuanya Pak. Aku selalu rindu kamu. Ketika rindu datang hanya lembaran kenangan yang aku dapat buka setiap waktu. Lembaran-lembaran kenangan yang tak akan pernah aku hapus. 

I Love You, Pak...

Rabu, 10 Desember 2014

Rindu

Garut, 10 Desember 2014

Kemanakah rindu ini akan ku bawa? Bila seseorang yang aku harapkan tidak pernah perduli lagi. Haruskah ku buang bersama kenangan bercampur dengan sampah-sampah lain di pembuangan.
Aku masih belum bisa sekejam itu. Aku masih berharap rindu ini dapat aku luapkan padamu, seperti dulu membawanya jauh darimu, ketika bertemu dengan suka cita aku berikan rindu itu padamu tanpa sisa. Kamu menerimanya dengan tangan terbuka dan hadiah pelukan.

Mungkin aku terlalu bodoh. Aku dengar itu dari orang-orang tentangku.
Mungkin aku terlalu naif, tidak bisa menerima kenyataan. Itu juga orang-orang yang mengatakan.
Terserah orang lain mau berkata apa. Aku hanya berusaha untuk setia. Hanya untuk satu. 
Aku hanya berharap kamu benar satu untukku.

Kenyataan, harapan itu pergi menjauhi. Semakin jauh hingga aku tak dapat lagi menggapai dan menggenggamnya. Kamu berlari menjauh dan menyambut rindu dari yang lain. Melupakanku dan memerosokanku ke dalam pembuangan sampah rindu.

Kamis, 27 November 2014

I'm Loser?

Garut, 28 November 2014

Aku sendiri di sini. Saudara yang ku punya lupa setelah mimpinya tercapai. Bukan aku perhitungan. Ketika dia butuh aku berusaha ada di sana mendengar setiap keluh kesah, membantu apa yang diperlukan. Sekarang tak ada lagi yang berkeluh kesah, kini giliranku hanya bisa berkeluh pada angin dan dinding kamarku.

Sudah sekian lama dia tidak muncul ataupun menghubungiku. Dia seperti ditelan bumi. Mungkin juga bumi tak tahu keberadaannya. Yang terakhir aku tahu, dia sudah berada di tingkat atas dan sulit untuk menoleh ke bawah lagi.

Setelah wisuda dia pergi dan merendahkan semuanya. Termasuk aku. Ketika aku menyalaminya dengan perasaan gembira luar biasa, karena saudara satu-satuku telah berhasil menyelesaikan tantangan hidup yang pertama. Tapi yang aku dapat seperti tamparan mungkin hunusan pedang menancap tepat di hati.

Dia mempermalukan aku seperti keledai dungu dihadapan orang tua dan teman-teman kami. Mengapa teman-teman kami. Aku dan saudaraku satu angkatan. Kami hanya beda satu tahun. Ibu dan ayah sengaja menyekolahkan aku barengan dengan saudaraku biar saling membantu. Kami saling membantu hasilnya bukan untukku, tapi dia.

"kalian tahu orang yang benar-benar berotak pasti akan berhasil. Sedangkan orang sebaliknya kalian pasti bisa lihat sendiri bagaimana perbedaannya, kan." Kira-kira itu potongan perkataannya. Meski dibarengi dengan candaan tapi tetap saja tujuannya untuk merendahkanku.

Terserah kalian menganggap aku terlalu perasa, aku marah, atau apapun. Seperti inilah kenyataan.

Minggu, 26 Oktober 2014

Cloud

Tak tahu kenapa, saya akhir-akhir ini senang sekali dengan awan dan langit. Mungkin sudah lama saya tidak berpergian menikmati pemandangan. Pemandangan yang sering saya lihat akhir-akhir ini hanya awan dan langit. Entah itu sedang cerah atau mendung saya suka mengabadikannya. 

Awan setiap waktunya mengalami pergantian bentuk karena tiupan angin. Dan mungkin itu yang membuat saya suka dengan awan dan langit. Ibarat langit adalah media untuk melukis, awan, bintang, bulan, matahari dan ribuan benda yang ada di langit menjadi pelengkapnya. Itu hanya menurut saya ya. 

Ini beberapa photo yang saya abadikan di sekitaran rumah..



























Kelihatan banget ya pemulanya.. Hehe. Semoga suatu saat saya bisa memberikan photo-photo yang menakjubkan yang terjadi di sekitar kita.

Selamat Menikmati