Kamis, 27 November 2014

I'm Loser?

Garut, 28 November 2014

Aku sendiri di sini. Saudara yang ku punya lupa setelah mimpinya tercapai. Bukan aku perhitungan. Ketika dia butuh aku berusaha ada di sana mendengar setiap keluh kesah, membantu apa yang diperlukan. Sekarang tak ada lagi yang berkeluh kesah, kini giliranku hanya bisa berkeluh pada angin dan dinding kamarku.

Sudah sekian lama dia tidak muncul ataupun menghubungiku. Dia seperti ditelan bumi. Mungkin juga bumi tak tahu keberadaannya. Yang terakhir aku tahu, dia sudah berada di tingkat atas dan sulit untuk menoleh ke bawah lagi.

Setelah wisuda dia pergi dan merendahkan semuanya. Termasuk aku. Ketika aku menyalaminya dengan perasaan gembira luar biasa, karena saudara satu-satuku telah berhasil menyelesaikan tantangan hidup yang pertama. Tapi yang aku dapat seperti tamparan mungkin hunusan pedang menancap tepat di hati.

Dia mempermalukan aku seperti keledai dungu dihadapan orang tua dan teman-teman kami. Mengapa teman-teman kami. Aku dan saudaraku satu angkatan. Kami hanya beda satu tahun. Ibu dan ayah sengaja menyekolahkan aku barengan dengan saudaraku biar saling membantu. Kami saling membantu hasilnya bukan untukku, tapi dia.

"kalian tahu orang yang benar-benar berotak pasti akan berhasil. Sedangkan orang sebaliknya kalian pasti bisa lihat sendiri bagaimana perbedaannya, kan." Kira-kira itu potongan perkataannya. Meski dibarengi dengan candaan tapi tetap saja tujuannya untuk merendahkanku.

Terserah kalian menganggap aku terlalu perasa, aku marah, atau apapun. Seperti inilah kenyataan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar